7 Fakta Hari Raya Nyepi di Bali Ada Tradisi  Ciuman Massal , Apa Itu?

(dok:sinRizky Darmawan Selasa, indonews.com)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Hari Raya Nyepi merupakan hari besar keagamaan umat hindu . Perayaan ini sangat kental di Bali dan terdapat beberapa hal yag perlu diketahui, mulai dari ritual, aturan, hingga efek hari raya tersebut terhadap lingkungan. Dilansir dari laman resmi Kemenparekraf, 

Selama perayaan Nyepi, Pulau Dewata yang penuh ingar bingar mendadak tak bergeming seharian penuh. Suasana khidmat ini berkaitan dengan aturan yang mengharuskan masyarakat Bali untuk berdiam diri di rumah. Selain hanya berdiam diri dirumah terdapat pula pantangan lain yang musti dihindari. Tidak hanya itu, perayaan ini juga punya pengaruh terhadap lingkungan sekitar.

Dikutip dari sindonews.com, berikut tujuh hal yang perlu diketahui ketika di Bali bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. 

  1. Ritual Awal Perayaan 

Untuk mengawali perayaan Nyepi di Bali, ritual pertama yang dilakukan adalah Upacara Melasti. Upacara ini biasa dilakukan di pura yang berada di dekat laut. Setelah itu akan ada Tawur Kesangga yang identik dengan festival ogoh-ogoh. Bagi masyarakat Hindu Bali, ogoh-ogoh merupakan representasi dari sifat buruk dan jahat manusia. 

Karenanya, pada akhir perayaan Nyepi, ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pembersihan hati manusia. Untuk menutup ritual Nyepi sendiri akan ditutup dengan Upacara Ngembak Geni, dimana setiap kalangan masyarakat akan saling berkunjung ke sanak saudara atau melakukan dharma shanti.

  1. Punya Empat Pantangan 

Ketika Hari Raya Nyepi berlangsung, umat Hindu Bali memiliki empat Brata Penyepian. Terdiri dari tidak berapi-api atau menggunakan api (Amati Geni), tidak bekerja (Amati Karya), tidak bepergian (Amati Lelungan), dan tidak mendengarkan hiburan (Amati Lelaguan). Hal inilah yang membuat Pulau Dewata akan sangat sepi ketika hari raya tersebut.

 Kegiatan itu juga membuat udara terasa lebih bersih dan malam yang terlihat lebih terang dari biasanya. Baca Juga Kalender Libur 2023, Hari Raya Nyepi Dapat Tambahan Cuti Bersama 

  1. Tidak Ada Layanan Internet

 Layanan internet ketika Hari Raya Nyepi akan dimatikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Kebijakan ini hanya berlaku di Bali saja dan tidak untuk seluruh Indonesia. Meski begitu terdapat pula pengecualian bagi tempat-tempat vital seperti rumah sakit, kantor polisi dan militer, pemadam kebakaran, BPBD, BMKG, BASARNAS, dan bandara masuk ke dalam kawasan yang dikecualikan. 

Dilansir dari laman Kominfo, aturan tersebut telah berlaku sejak tahun 2019 lalu, sesuai dengan Surat Gubernur Bali Nomor 027/1342/Set/Diskominfomas 21 Februari 2019 perihal bebas internet pada saat hari Nyepi.

  1. Bandara Ditutup 

Bandara Ngurah Rai akan ditutup selama Hari Raya Nyepi. Aturan tersebut memang sudah jadi hal yang biasa di Pulau Dewata. Hal ini membuat sekitar 150 penerbangan domestik dan internasional dihentikan pada 22 Maret 2023. 

  1. Dapat Mengurangi Global Warming 

Dari banyaknya pantangan dan aturan ketat yang diberlakukan di atas, terdapat sisi positif besar yang didapat dari Hari Raya Nyepi. Selama perayaan Nyepi di Bali, Pulau Dewata tercatat berhasil menghemat listrik hingga 60% dibandingkan hari-hari biasa. Selain baik untuk keseimbangan lingkungan, ritual Nyepi juga membuat Bali jadi lokasi yang tepat bagi wisatawan untuk melakukan refleksi diri. 

  1. Menghemat Bahan Bakar 

Lantaran tak bepergian selama Nyepi, maka semua masyarakat Bali tidak menggunakan kendaraan dalam kurun waktu 24 jam. Selama jangka waktu tersebut diperkirakan ada satu juta liter bahan bakar yang berhasil dihemat.

  1. Tradisi Ciuman

 Setelah Nyepi Menurut laman resmi Kota Denpasar, Acara omed-omedan biasanya digelar sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Salah satu desa yang masih menyelenggarakan acara ini adalah Desa Sesetan, Denpasar, Bali. Para anak muda berusia 17-30 tahun di desa ini yang belum menikah akan turut berpartisipasi dalam acara omed-omedan. 

Tradisi Omed-omedan

Remaja di Desa Sesetan, Denpasar, Bali menggelar Omed-omedan atau tradisi ciuman massal, Kamis (23/3/2023). Tradisi itu digelar sehari setelah Hari Raya Nyepi. Tradisi tahunan itu digelar di jalan raya tepatnya di depan Balai Desa Sesetan. 

"Omed-omedan artinya tarik menarik untuk tujuan kebersamaan setelah Nyepi," kata Kelian Adat Banjar Kaja Sesetan I Made Sudama. Dia menerangkan, Omed-omedan sempat digelar di dalam balai banjar selama tiga tahun akibat pandemi COVID-19. 

Pesertanya pun cuma tiga pasang muda-mudi. Setelah pandemi, Omed-omedan kembali digelar di jalan raya dan diikuti semua muda-mudi. Masyarakat umum pun kembali bisa ikut menonton dan jumlahnya membeludak. 

Sekitar pukul 15.00 Wita, Omed-omedan pun dimulai. Setiap sesi, masing-masing kelompok mengeluarkan jagonya.

Setelah siap, pihak laki-laki dan perempuan berdiri berhadapan. Mereka lantas didorong kelompoknya masing-masing. Begitu saling mendekat, setiap pasangan saling dekap dan melancarkan ciuman. 

Hanya saja, aksi ciuman ini tak berlangsung lama. Panitia menyiramkan air ke pasangan tersebut, sebagai tanda untuk mengakhiri ciuman. "Saat kena cium pria yang tampan, senang. Kalau kena yang jelek, ya terpaksa," ujar Made, salah satu peserta. 

Ribuan warga dan wisatawan yang menonton berusaha mengambil foto saat pasangan muda mudi berciuman. "Sengaja datang ke Bali untuk merasakan Nyepi dan melihat Omed-omedan," ujar Tina, wisatawan asal Surabaya seperti dilansir sindonewsw.com.***